Senin, 08 Januari 2018

Tafsir Maudhui Akidah Al-Baqarah: 21-29

Muhammad Fadhlan Syaifudin
NIM: 151410507
Ushuluddin 5B
Institut PTIQ Jakarta




Tafsir Maudhui Akidah
Surah Al-Baqarah: 21-29
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ وَالَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ (21) الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ الْأَرْضَ فِرَاشًا وَالسَّمَاءَ بِنَاءً وَأَنْزَلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَخْرَجَ بِهِ مِنَ الثَّمَرَاتِ رِزْقًا لَكُمْ فَلَا تَجْعَلُوا لِلَّهِ أَنْدَادًا وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ (22) وَإِنْ كُنْتُمْ فِي رَيْبٍ مِمَّا نَزَّلْنَا عَلَى عَبْدِنَا فَأْتُوا بِسُورَةٍ مِنْ مِثْلِهِ وَادْعُوا شُهَدَاءَكُمْ مِنْ دُونِ اللَّهِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ (23) فَإِنْ لَمْ تَفْعَلُوا وَلَنْ تَفْعَلُوا فَاتَّقُوا النَّارَ الَّتِي وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ أُعِدَّتْ لِلْكَافِرِينَ (24) وَبَشِّرِ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ أَنَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ كُلَّمَا رُزِقُوا مِنْهَا مِنْ ثَمَرَةٍ رِزْقًا قَالُوا هَذَا الَّذِي رُزِقْنَا مِنْ قَبْلُ وَأُتُوا بِهِ مُتَشَابِهًا وَلَهُمْ فِيهَا أَزْوَاجٌ مُطَهَّرَةٌ وَهُمْ فِيهَا خَالِدُونَ (25) إِنَّ اللَّهَ لَا يَسْتَحْيِي أَنْ يَضْرِبَ مَثَلًا مَا بَعُوضَةً فَمَا فَوْقَهَا فَأَمَّا الَّذِينَ آمَنُوا فَيَعْلَمُونَ أَنَّهُ الْحَقُّ مِنْ رَبِّهِمْ وَأَمَّا الَّذِينَ كَفَرُوا فَيَقُولُونَ مَاذَا أَرَادَ اللَّهُ بِهَذَا مَثَلًا يُضِلُّ بِهِ كَثِيرًا وَيَهْدِي بِهِ كَثِيرًا وَمَا يُضِلُّ بِهِ إِلَّا الْفَاسِقِينَ (26) الَّذِينَ يَنْقُضُونَ عَهْدَ اللَّهِ مِنْ بَعْدِ مِيثَاقِهِ وَيَقْطَعُونَ مَا أَمَرَ اللَّهُ بِهِ أَنْ يُوصَلَ وَيُفْسِدُونَ فِي الْأَرْضِ أُولَئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ (27) كَيْفَ تَكْفُرُونَ بِاللَّهِ وَكُنْتُمْ أَمْوَاتًا فَأَحْيَاكُمْ ثُمَّ يُمِيتُكُمْ ثُمَّ يُحْيِيكُمْ ثُمَّ إِلَيْهِ تُرْجَعُونَ (28) هُوَ الَّذِي خَلَقَ لَكُمْ مَا فِي الْأَرْضِ جَمِيعًا ثُمَّ اسْتَوَى إِلَى السَّمَاءِ فَسَوَّاهُنَّ سَبْعَ سَمَاوَاتٍ وَهُوَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ (29)


            (21) يَا أَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ وَالَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
 Sembahlah Allah
            Dalam ayat-ayat sebelumnya, Allah SWT menggambarkan status-status tiga kelompok manusia (kaum mukminin, kaum kafir dan kaum munafik), seraya menjelaskan bahwa orang-orang yang mukmin berada di dalam lingkaran petunjuk Allah dan Al-Qur`an juga membimbing mereka, sementara hati orang-orang yang kafir terkunci mati oleh kebodohan dan, karena perbuatan mereka sendiri,mata mereka terhijabi oleh kelalaian yang mencabut  cabut indra perasa mereka. Dan, kaum munafik adalah sejumlah orang yang berpenyakit hati yang amalan jahat mereka meningkatkan sakit mereka.
            Dalam ayat-ayat yang sedang dibahas ini, setelah perbandingan yang hidup tersebut, jalan kebahagiaan yang besar ditengarai sebagai jalan orang-orang dari kelompok pertama, yaitu orang-orang yang mukmin, ”Hai manusia! Sembahlah Tuhan kalian yang telah menciptakan kalian dan orang-orang sebelum kalam, agar kalian menjaga diri kalian sendiri (dari kejahatan).”
            Kata ”penghambaan” berarti: “ kondisi ketundukan. penyerahan diri dan ketaatan seorang budak pada tuannya." Penyembahan adalah aspek penyerahan diri yang paling tinggi kepada Zat yang memiliki derajat kebaikan dan kemurahan hati yang tertinggi. Karena itu, Dia berfirman dengan tegas, ”...Supaya jangan menyembah selain Dia, …” (QS al-Isra’ [171:23).
            Berdasarkan ayat ini, ada beberapa poin yang harus diperhatikan:
1. Lafadz يَا أَيُّهَا النَّاسُ (”hai manusia") -yang terdapat dalam al-Quran sebanyak dua puluh kali-memiliki makin umum dan kolektif yang mencakup segenap umat manusia dari Suku, ras, dan warna kulit manapun. Hal ini dengan jelas me nunjukkan bahwa al-Quran tidak semata-mata mengenai kelompok orang tertentu saja, namun ia menyeru setiap individu secara umum. Al-Quran menyeru setiap orang untuk menerima tauhid dan menolak setiap bentuk kemusyrikan dan penyele wengan dari jalan ketuhanan.
2. Untuk menyinggung rasa syukur manusia dan memusatkan perhatian mereka pada penyembahan kepada Allah, rasa syukur tersebut berasal dari karunia yang terbesar, yaitu karunia penciptaan semua umat manusia. Penyebab beberapa orang tidak tunduk kepada Allah dan tidak menyembah-Nya umumnya karena mereka tidak merenungkan penciptaan mereka dan penciptaan orang-orang sebelum mereka. Mereka tidak berpikir bahwa tidaklah benar menyandarkan penciptaan yang agung ini kepada alam yang tuli dan bisu
3. Buah dari penyembahan adalah ketakwaan dan kebenar' an; لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ agar kalian menjaga diri kalian sendiri (dari kejahatan)…” Dengan demikian, ibadah dan shalat kita tidak menambah apapun pada kemuliaan dan keagungan Allah, sebagaimana halnya mengabaikan kedua hal ini juga sama sekali tidak akan mengurangi keagungan dan kemuliaan-Nya.


           
(22) الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ الْأَرْضَ فِرَاشًا وَالسَّمَاءَ بِنَاءً وَأَنْزَلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَخْرَجَ بِهِ مِنَ الثَّمَرَاتِ رِزْقًا لَكُمْ فَلَا تَجْعَلُوا لِلَّهِ أَنْدَادًا وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ
Sadar Bahwasanya Langit dan Bumi Merupakan Karunia
            Allah menerangkan bahwa Dia menciptakan bumi sebagai hamparan dan langit sebagai atap, menurunkan air hujan, menumbuhkan tumbuh-tumbuhan dan menjadikan tumbuh-tumbuhan itu berbuah. Semuanya itu diciptakan Allah untuk manusia, agar manusia memperhatikan proses penciptaan itu, merenungkan, mempelajari dan mengolahnya sehingga bermanfaat bagi manusia dan kemanusiaan sesuai dengan ketentuan Allah. Karena Dia yang memberikan nikmat-nikmat itu, maka manusia wajib menyembah-Nya saja. Allah memberikan semua nikmat itu kepada manusia, agar mereka dapat melaksanakan tugas-tugasnya. Tugas-lugas itu dapat dipahami dari firman Allah :
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku. (QS. Adz- Dzariyat: 56)
            Kemudian di akhir ayat Allah menegaskan فَلَا تَجْعَلُوا لِلَّهِ أَنْدَادًا وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ “karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allahpadahal kamu mengetahui”. Karena perintah beribadah hanya kepada Allah di atas telah diketahui oleh manusia dan telah diketahui pula  tentang keesaan dan kekuasaan-Nya, maka Allah memberi peringatan : “Janganlah manusia menjadikan sekutu-sekutu bagi Allah”. Artinya, janganlah ada sesuatu apapun yang disembah di samping menyembah Allah seperti berhala-berhala, dewa-dewa, dan sebagainya.  Rsulullah saw menegaskan bahwa menjadikan sekutu bagi Allah adalah dosa yang sangat besar :
حَدَّثَنِي عُثْمَانُ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا جَرِيرٌ عَنْ مَنْصُورٍ عَنْ أَبِي وَائِلٍ عَنْ عَمْرِو بْنِ شُرَحْبِيلَ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ سَأَلْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيُّ الذَّنْبِ أَعْظَمُ عِنْدَ اللَّهِ قَالَ أَنْ تَجْعَلَ لِلَّهِ نِدًّا وَهُوَ خَلَقَكَ قُلْتُ إِنَّ ذَلِكَ لَعَظِيمٌ قُلْتُ ثُمَّ أَيُّ قَالَ وَأَنْ تَقْتُلَ وَلَدَكَ تَخَافُ أَنْ يَطْعَمَ مَعَكَ قُلْتُ ثُمَّ أَيُّ قَالَ أَنْ تُزَانِيَ حَلِيلَةَ جَارِكَ. (رواه البخاري : 4117–صحيح البخاري - المكتبة الشاملة- باب قوله تعالى فَلَا تَجْعَلُوا لِلَّهِ أَنْدَادًا – الجزء :  13 – صفحة :  394)
Telah menceritakan kepadaku ['Utsman bin Abu Syaibah] Telah menceritakan kepada kami [Jarir] dari [Manshur] dari [Abu Wail] dari ['Amru bin Syurahbil] dari ['Abdullah] dia berkata; Aku bertanya kepada Nabi saw ; Dosa apakah yang paling besar di sisi Allah? Beliau menjawab;Bila kamu menyekutukan Allah, padahal Dialah yang menciptakanmu. Aku berkata; tentu itu sungguh besar.' Aku bertanya lagi; 'Kemudian apa? Beliau menjawab; Apabila kamu membunuh anakmu karena takut membuat kelaparan. Aku bertanya lagi; 'kemudian apa? beliau menjawab; berzina dengan istri tetanggamu. (HR.Bukhari : 4117, Shahih Bukhari, Al-Maktabah Asy-Syamilah, bab QauluhuuTa’aalaa Falaa Taj’aluu Lillaahi Andaadan,  juz : 13, hal. 394)


            (23) وَإِنْ كُنْتُمْ فِي رَيْبٍ مِمَّا نَزَّلْنَا عَلَى عَبْدِنَا فَأْتُوا بِسُورَةٍ مِنْ مِثْلِهِ وَادْعُوا شُهَدَاءَكُمْ مِنْ دُونِ اللَّهِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ
Sadar akan Kemukjizatan Al-Qur`an
            Setelah Allah SWT menjabarkan keadaan orang munafik dan orang kafir, serta melalui penciptaan langit dan bumi, menurunkan hujan dan menumbuhkan tetumbuhan di atas tanah, guna membuktikan eksistensi Sang Pencipta dan Sang Pemelihara alam raya, Dia mulai mengesahkan kebenaran Al-Quran dan RasulNya
            Untuk membuktikan kebenaran kenabiannya, maka setiap Nabi harus menunjukkan mukjizat yang tidak dapat dilakukan oleh orang lain. Mukjizat Rasulullah Saw adalah Al-Quran. Karena manusia tidak mampu menciptakan sebuah kitab yang menyerupainya dari segi keindahan gaya bahasanya maupun kehebatan isinya. Berkali-kali Allah Swt mengajak para penentang Islam dan menantang mereka dengan mengatakan bahwa jika kalian tidak mau menerima bahwa Kitab ini datang dari sisi Allah Swt dan menganggapnya sebagai ciptaan manusia, maka buatlah sebuah kitab yang menyerupainya. Tapi  ketahuilah bahwa kalian tak akan pernah mampu melakukannya. Karena Al-Qur`an adalah mukjizat terbesar yamg diberikan oleh Allah kepada Rasulullah Saw.  Dan Al-Quran memiliki beberapa keistimewaan:
1. Kekekalan Al-Quran. Mukjizat-mukjizat selain al-Quran terjadi dan berlaku pada zaman tertentu dan hanya masyarakat zaman itu saja yang melihat dan atau mendengarnya. Sedangkan al-Quran tidak terbatas hanya untuk masa Rasul Allah Ssaw. Ia berlaku sepanjang sejarah sebagai mukjizat. Berlalunya zaman bukan hanya tidak menggoyahkan al-Quran bahkan berbagai pengetahuan dan permasalahan yang‏ ‏terkandung di dalamnya semakin terbuka dan terbukti kebenarannya. 
2.  Universalitas Al-Quran. Sebagaimana al-Quran tidak terbatas pada zaman tertentu, ia juga tidak terbatas pada tempat tertentu pula. Sasaran al-Quran tidak terbatas pada zaman tertentu, ia juga tidak terbatas pada tempat tertentu pula. Sasaran al-Quran bukan hanya orang-orang Arab di tanah Hijaz, tetapi seluruh bangsa dari setiap kaum dan etnis di dunia ini diseru oleh al-Quran. Oleh karena itu, aAl-Quran sama sekali tak pernah menyeru orang-orang Arab saja: Yaa ayyuhal Arab, umpamanya. Yang ada di dalam al-Quran justru seruan-seruan umum kepada seluruh manusia, seperti Yaa ayyuhan naas, dan sebagainya. 
3. Non Materi. Biasanya nabi-nabi lain memiliki mukjizat yang bersifat materi dan jasmani yang membuat kagum mata dan telinga setiap orang. Sedangkan al-Quran adalah ucapan dan kalimat-kalimat yang terdiri dari huruf-huruf alfabetbiasa. Tetapi ia mampu merasuk ke lubuk hati dan jiwa manusia membuat akal semua orang mengakui akan keagungannya dan penguasaannya akan hati manusia. 

            (24) فَإِنْ لَمْ تَفْعَلُوا وَلَنْ تَفْعَلُوا فَاتَّقُوا النَّارَ الَّتِي وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ أُعِدَّتْ لِلْكَافِرِينَ
Al-Qur`an Mukjizat Abadi Yang Tidak Bisa Diubah Oleh Siapapun
            Setelah ayat sebelumnya menantang orang-orang kafir agar mendatangkan sebuah surat yang menyamainya, ayat ini menegaskan bahwa kalian, orang-orang kafir, tak akan mampu melakukannya. Kalian yang hidup pada zaman Rasulullah Saw dan mengenali dengan baik bahasa dan kalimat-kalimat al-Quran tak akan mampu, tidak juga siapa pun manusia-manusia di masa mendatang, akan mampu melakukannya. Karena Kalamullah, sama dengan Allah itu sendiri tak mungkin dibandingkan dengan manusia dan ucapan manusia. ‎‎
            Kemudian al-Quran mengancam musuh-musuh dengan api jahanam dan menyebutkan, bahan bakar jahanam adalah tubuh para pembuat dosa dan pengingkar. Yang dimaksud dengan batu-batu di dalam ayat ini ialah semacam batu bara yang menyalakan api neraka, atau batu-batu yang dipakai untuk membuat patung-patung batu yang disembah oleh musuh-musuh nabi Muhammad Saw.Sebagai bukti kesesatan mereka, Allah akan menghadirkan patung-patung tersebut sebagai bukti bagi kesesatan mereka, sehingga para penyembah berhala itu tak mampu mengingkari kesesatan diri mereka. Sebagaimana di dalam ayat 98 surat al-Anbiya
إِنَّكُمْ وَمَا تَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ حَصَبُ جَهَنَّمَ أَنْتُمْ لَهَا وَارِدُونَ
artinya, "Kalian dan sembahan kalian akan menjadi bahan bakar neraka". 
1. Hati yang sudah keras membatu dan tak mungkin ditembus oleh ajaran-ajaran kebenaran, di akhirat kelak akan dikumpulkan dengan bebatuan pula.
2. Kemukjizatan al-Quran tidak terbatas hanya pada masa nabi Muhammad Sawsaja. Ia adalah mukjizat di segala zaman. Oleh sebab itu al-Quran mengatakan, "Lan taf'alu", yang artinya: "kalian tak akan pernah mampu menciptakan sesuatu yang sama dengan al-Quran".
3. Api neraka sedemikian keras dan hebat membakar sehingga bebatuan bagaikan kayu kering menyala mengobarkan api.


            (25) وَبَشِّرِ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ أَنَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ كُلَّمَا رُزِقُوا مِنْهَا مِنْ ثَمَرَةٍ رِزْقًا قَالُوا هَذَا الَّذِي رُزِقْنَا مِنْ قَبْلُ وَأُتُوا بِهِ مُتَشَابِهًا وَلَهُمْ فِيهَا أَزْوَاجٌ مُطَهَّرَةٌ وَهُمْ فِيهَا خَالِدُونَ
Kenikmatan di Surga Bersifat Haqiqi
            Jika ayat sebelumnya menceritakan orang-orang kafir yang diancam siksaan api neraka, maka dalam ayat ini menjelaskan nasib orang-orang yang beriman sehingga dengan memperbandingkan nasib dua kelompok tersebut hakikatnya akan lebih jelas. Pada dasarnya iman tanpa dibarengi dengan amal saleh tidak akan berguna. Iman maupun amal apabila berdiri sendiri tidak akan menjamin kebahagiaan manusia. Iman ibarat akar pohon, dan amal saleh adalah buahnya. Buah yang manis adalah bukti dan kesuburan pohon, dan akar pohon yang kuat menyebabkan terawatnya buah yang baik.
            Orang-orang yang tidak beriman kadang-kadang melakukan amal baik, akan tetapi karena iman tidak tertanam dan tidak berakar pada jiwanya maka amal baik tersebut tidak akan pernah abadi. Tempat orang-orang beriman di hari kiamat adalah surga yang kebun-kebunnya selalu hijau penuh dengan buah dan air yang mengalir di bawah pohon-pohonnya. Meskipun buah-buahan surga bentuknya mirip dengan buah-buahan dunia, namun dari rasa dan baunya sungguh jauh berbeda.
            Meskipun dalam al-Quran banyak ayat yang menceritakan tentang nikmat-nikmat surga dalam bentuk materi, seperti kebun, istana dan istri, namun di balik itu banyak ayat lain juga mengisyaratkan tentang nikmat-nikmat surga dalam bentuk maknawi. Seperti dalam surah at-Taubah ayat 72, setelah menyebutkan nikmat-nikmat surga secara materi, juga mengatakan,
وَرِضْوَانٌ مِنَ اللَّهِ أَكْبَرُ ذَلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ
"... Dan keridhaan Allah jauh lebih besar".Artinya, keridhaan Allah jauh lebih besar dari lainnya. 
            Dari ayat ini terdapat beberapa poin pelajaran yang dapat dipetik:
1.  Untuk menciptakan pendidikan yang benar, di samping ancaman juga harus diiringi dorongan. Selain berisi ancaman neraka bagi orang-orang kafir, ayat ini juga berisi kabar gembira bagi orang-orang yang beriman.
2. Bukti adanya iman berada pada amal saleh. Oleh karena itu al-Quran selalu menggandengkan dua hal tersebut dan berkata, "Orang-orang yang beriman dan melakukan amal saleh".
3. Dalam bahasa al-Quran, amal saleh adalah amal yang dilakukan dengan ikhlas hanya untuk Allah. Oleh karena itu, amal saleh dijelaskan setelah iman kepada Allah.
4. Semua nikmat dunia bisa hilang dan berakhir. Adapun nikmat akhirat bersifat abadi dan selamanya.


            (26) إِنَّ اللَّهَ لَا يَسْتَحْيِي أَنْ يَضْرِبَ مَثَلًا مَا بَعُوضَةً فَمَا فَوْقَهَا فَأَمَّا الَّذِينَ آمَنُوا فَيَعْلَمُونَ أَنَّهُ الْحَقُّ مِنْ رَبِّهِمْ وَأَمَّا الَّذِينَ كَفَرُوا فَيَقُولُونَ مَاذَا أَرَادَ اللَّهُ بِهَذَا مَثَلًا يُضِلُّ بِهِ كَثِيرًا وَيَهْدِي بِهِ كَثِيرًا وَمَا يُضِلُّ بِهِ إِلَّا الْفَاسِقِينَ
Sifat Orang Beriman; Meyakini dan MembenarkanWahyu Allah
            Di dalam kitab Al-Bahrul Muhith dijelaskan bahwa ayat ini  adalah perumpamaan yang dibuat oleh Allah untuk menggambarkan dunia. Sesungguhnya nyamuk itu akan tetap hidup selama ia lapar, tetapi jika sudah kekenyangan ia akan mati. Demikian pula jika seseorang telah kekenyangan di dunia, maka hatinya akan mati, sehingga sukar untuk menerima nasehat dan tuntunan menuju akhirat,
             Kata “maa” untuk sini menunjukkan sesuatu yang kecil atau sedikit. Sedang kata “ba’uudlatan” dalam ayat itu berkedudukan sebagai badal (pengganti). Sebagaimana jika anda mengatakan: la adlribanna dlarban maa (aku akan memberikan perumpamaan apa pun), yang berarti sekecil apa saja. Atau “maa” berkedudukan sebagai nakirah yang disifati dengan kata ba’udhah (nyamuk).
            Di dalam ayat ini disebutkan bahwa sifat orang beriman adalah sentiasa membenarkan apa yang disampaikan oleh Nabi saw, lebih-lebih lagi berupa wahyu Allah swt yakni al-Quran. Orang-orang beriman senantiasa yakin dan percaya bahawa Allah swt itu pencipta semua makhluk, sama ada yang kecil maupun yang besar. Pastinya setiap perumpamaan yang dibuat Allah swt pasti mempunyai hikmah dan tujuan bagi meningkatkan lagi keimanan dan kepercayaan mengenai sifat kebesaran dan keagungan Allah swt.


            (27) الَّذِينَ يَنْقُضُونَ عَهْدَ اللَّهِ مِنْ بَعْدِ مِيثَاقِهِ وَيَقْطَعُونَ مَا أَمَرَ اللَّهُ بِهِ أَنْ يُوصَلَ وَيُفْسِدُونَ فِي الْأَرْضِ أُولَئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ
Orang-orang yang Benar-benar Merugi
            Setelah Allah swt menerangkan kepada kita pengertian iman yang hakiki, kemudian ia menjelaskan kepada kita bahwasanya orang fasiq ialah orang-orang yang jauh dari jalan-Nya, maka pada ayat ini Allah swt menerangkan kepada kita sifat-sifat orang fasiq.
Sifat-sifat mereka dalam ayat ini ayat tiga, yakni:
Pertama : “(yaitu) orang-orang yang melanggar perjanjian Allah sesudah perjanjian itu teguh”.
Kedua : “ memutuskan apa yang diperintahkan Allah (kepada mereka) untuk menghubungkannya”.
Ketiga : “membuat kerusakan di muka bumi”.
            Dengan sifat-sifat fasiq ini menjadikan mereka sebagai orang-orang yang rugi dalam kehidupan mereka dan akhirnya di akhirat mereka akan di azab dengan siksaan pedih di neraka. Ini membawa maksud kehidupan mereka secara hakikatnya tidak membuahkan hasil yang menguntungkan walaupun secara zahirnya mereka adalah manusia yang bersusah-payah dan berusaha untuk mendapat kejayaan dalam hidup mereka. Usaha dan kerja keras mereka tidak mendatang manfaat buat mereka di dunia dan akhirat.
            Ibnu jarir berkata terkait firman Allah (أُولَٰئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ) Khaasiruun bentuk jamak dari khasirun yaitu mereka yang mengurangi keberuntungan mereka dari rahmat Allah, karena perbuatan maksiat mereka kepada Allah.
Seumpama seorang pedagang yang rugi dalam perniagaannya. Maka orang munafik dan orang kafir akan memperoleh kerugian dengan diharamkannya rahmat Allah Swt atas mereka di hari kiamat, padahal saat itu mereka benar-benar membutuhkan rahmat Allah Swt.


            (28) كَيْفَ تَكْفُرُونَ بِاللَّهِ وَكُنْتُمْ أَمْوَاتًا فَأَحْيَاكُمْ ثُمَّ يُمِيتُكُمْ ثُمَّ يُحْيِيكُمْ ثُمَّ إِلَيْهِ تُرْجَعُونَ
Misteri Karunia Kehidupan
            Pada awal ayat ini terdapat sebuah pertanyaan yang mengandung makna keheranan dan celaan serta pengingkaran dari Allah, yaitu bagaimana bisa terjadi kekufuran kepada Allah yang telah menciptakan kita dari tidak ada, lalu Dia memberikan nikmat dengan berbagai macam nikmat, kemudian Dia mematikan kita ketika ajal telah tiba,  lalu Dia memberikan balasan dalam kubur atas amal kita sewaktu hidup, kemudian Dia membangkitkan kembali di hari ba’ats  (hari kebangkitan) dan berdiri di padang mahsyar, kemudian kita akan kembali kepada-Nya dengan mendapatkan balasan yang setimpal di akhirat.
             Dalam ayat ini Allah memberikan informasi bahwa sesungguhnya ada kematian yang pertama, yaitu sewaktu kita masih belum ada atau sebelum kita diciptakan, dan ada pula kehidupan yang pertama, yaitu setelah kita ada atau setelah kita diciptakan. Kemudian berikutnya, Allah memberikan informasi lanjutan, bahwa sesungguhnya ada kematian yang kedua,  dan ada pula kehidupan yang kedua.  Kematian yang kedua yaitu nyawa kita dicabut, dipisahkan dari badan kita. Badan dikembalikan kepada asalnya. Datang dari tanah dipulangkan ke tanah. Kemudian dihidupkan kembali untuk yang kedua pula,  Sebab nyawa (roh) yang berpisah dari badan tadi tidaklah kembali ke tanah, tetapi pulang ke tempat yang hanya diketahui oleh Allah buat menungggu datangnya hari kiamat. Itulah hidup yang kedua kali;  yaitu hidup yang lebih tinggi dan lebih mulia.
            Setelah kita dihidupkan kembali, kita  dipanggil kembali kehadirat Allah untuk diperhitungkan, dicocokkan catatan malaikat dengan perbuatan kita semasa hidup kita, lalu diputuskan ke tempat mana kita akan dimasukkan, kepada golongan orang-orang yang berbahagia dalam surga atau kepada golongan orang-orang yang celaka dalam neraka. Semua orang yang beramal, berbuat atau bekerja di dunia ini akan mendapatkan balasan dari Allah nanti di hari kiamat sesuai dengan amalnya.  Dan keadilan akan berlaku serta kezaliman tidak akan ada. Sedang  kasih sayang IIahi telah kita rasakan sejak dari alam fana ini. Kalau kita mendapat celaka, tidak lain hanyalah karena kesalahan kita sendiri. Begitulah Allah telah membuat rangkaian hidup yang kita tempuh, maka bagaimana kita bisa kufur terhadap-Nya.


هُوَ الَّذِي خَلَقَ لَكُمْ مَا فِي الْأَرْضِ جَمِيعًا ثُمَّ اسْتَوَى إِلَى السَّمَاءِ فَسَوَّاهُنَّ سَبْعَ سَمَاوَاتٍ وَهُوَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ (29)
Bukti Kekuasaan Allah; Penciptaan Langit dan Bumi
            Setelah Allah subhanahu wa ta’ala menyebutkan bukti keberadaan dan kekuasaan-Nya kepada makhluk-Nya melalui apa yang mereka saksikan sendiri pada diri mereka, lalu Dia menyebutkan bukti lain melalui apa yang mereka saksikan, yaitu penciptaan langit dan bumi.
            Makna (الاستواء) disini mengandung pengertian berkehendak dan bertujuan, karena ia di-muta’addi-kan (dibuat menjadi kalimat yang membutuhkan objek) dengan memakai huruf ila (إِلَى) (فَسَوَّاهُنَّ) lalu Dia menciptakan langit tujuh lapis. Lafaz (السَمَاءُ) dalam ayat ini merupakan isim jinis, karena itu Allah berfirman (فَسَوَّاهُنَّ سَبْعَ سموات وَهُوَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ) yakni ilmu-Nya meliputi segala sesuatu yang Ia ciptakan.
            Allah menciptakan langit dan bumi diperuntukkan bagi manusia maupun makhluk Allah yang lain. Semua yang ada di langit dan di bumi adalah sebagai tanda bahwa kekuasaan Allah tidak terbatas.




1 komentar:

  1. Lucky Club - Login, Phone number, Address - Lucky Club
    Lucky Club, located in Las Vegas, offers a variety of banking methods that make it an luckyclub.live ideal platform to bet on sports. It is an innovative  Rating: 5 · ‎2 votes

    BalasHapus

Studi Naskah Tafsir_As-Sya`rawi_ An Nisa` 1-3_Poligami

Tafsir As-Sya`rawi An-Nisa 1-3 (Poligami) Disusun Oleh : Muhammad Fadhlan Syaifudin , Muhammad Muthiurridlo , Ikrom Najibuddin Fakultas...