Muhammad Fadhlan
Syaifudin
NIM: 151410507
Ushuluddin 5B
Institut PTIQ Jakarta
Tafsir
Maudhui Akidah
Surah
Al-Baqarah: 21-29
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُوا رَبَّكُمُ الَّذِي
خَلَقَكُمْ وَالَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ
تَتَّقُونَ (21) الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ الْأَرْضَ فِرَاشًا وَالسَّمَاءَ
بِنَاءً وَأَنْزَلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَخْرَجَ بِهِ مِنَ الثَّمَرَاتِ
رِزْقًا لَكُمْ فَلَا تَجْعَلُوا لِلَّهِ أَنْدَادًا وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ (22) وَإِنْ كُنْتُمْ فِي رَيْبٍ مِمَّا نَزَّلْنَا عَلَى
عَبْدِنَا فَأْتُوا بِسُورَةٍ مِنْ مِثْلِهِ وَادْعُوا شُهَدَاءَكُمْ مِنْ دُونِ
اللَّهِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ (23) فَإِنْ لَمْ
تَفْعَلُوا وَلَنْ تَفْعَلُوا فَاتَّقُوا النَّارَ الَّتِي وَقُودُهَا النَّاسُ
وَالْحِجَارَةُ أُعِدَّتْ لِلْكَافِرِينَ (24) وَبَشِّرِ
الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ أَنَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ
تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ كُلَّمَا رُزِقُوا مِنْهَا مِنْ ثَمَرَةٍ رِزْقًا قَالُوا
هَذَا الَّذِي رُزِقْنَا مِنْ قَبْلُ وَأُتُوا بِهِ مُتَشَابِهًا وَلَهُمْ فِيهَا
أَزْوَاجٌ مُطَهَّرَةٌ وَهُمْ فِيهَا خَالِدُونَ (25) إِنَّ اللَّهَ لَا يَسْتَحْيِي أَنْ يَضْرِبَ مَثَلًا مَا
بَعُوضَةً فَمَا فَوْقَهَا فَأَمَّا الَّذِينَ آمَنُوا فَيَعْلَمُونَ أَنَّهُ
الْحَقُّ مِنْ رَبِّهِمْ وَأَمَّا الَّذِينَ كَفَرُوا فَيَقُولُونَ مَاذَا أَرَادَ
اللَّهُ بِهَذَا مَثَلًا يُضِلُّ بِهِ كَثِيرًا وَيَهْدِي بِهِ كَثِيرًا وَمَا
يُضِلُّ بِهِ إِلَّا الْفَاسِقِينَ (26) الَّذِينَ
يَنْقُضُونَ عَهْدَ اللَّهِ مِنْ بَعْدِ مِيثَاقِهِ وَيَقْطَعُونَ مَا أَمَرَ
اللَّهُ بِهِ أَنْ يُوصَلَ وَيُفْسِدُونَ فِي الْأَرْضِ أُولَئِكَ هُمُ
الْخَاسِرُونَ (27) كَيْفَ
تَكْفُرُونَ بِاللَّهِ وَكُنْتُمْ أَمْوَاتًا فَأَحْيَاكُمْ ثُمَّ يُمِيتُكُمْ
ثُمَّ يُحْيِيكُمْ ثُمَّ إِلَيْهِ تُرْجَعُونَ (28) هُوَ
الَّذِي خَلَقَ لَكُمْ مَا فِي الْأَرْضِ جَمِيعًا ثُمَّ اسْتَوَى إِلَى
السَّمَاءِ فَسَوَّاهُنَّ سَبْعَ سَمَاوَاتٍ وَهُوَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ (29)
(21) يَا أَيُّهَا النَّاسُ
اعْبُدُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ وَالَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ
تَتَّقُونَ
Sembahlah Allah
Dalam ayat-ayat sebelumnya, Allah SWT menggambarkan status-status tiga
kelompok manusia (kaum mukminin, kaum kafir dan kaum munafik), seraya
menjelaskan bahwa orang-orang yang mukmin berada di dalam lingkaran petunjuk
Allah dan Al-Qur`an juga membimbing mereka, sementara hati orang-orang yang
kafir terkunci mati oleh kebodohan dan, karena perbuatan mereka sendiri,mata
mereka terhijabi oleh kelalaian yang mencabut
cabut indra perasa mereka. Dan, kaum munafik adalah
sejumlah orang yang berpenyakit hati yang amalan jahat mereka meningkatkan
sakit mereka.
Dalam ayat-ayat yang sedang dibahas
ini, setelah perbandingan yang hidup tersebut, jalan kebahagiaan yang besar
ditengarai sebagai jalan orang-orang dari kelompok pertama, yaitu orang-orang
yang mukmin, ”Hai manusia! Sembahlah Tuhan
kalian yang telah menciptakan kalian dan orang-orang sebelum kalam, agar kalian
menjaga diri kalian sendiri (dari kejahatan).”
Kata ”penghambaan” berarti:
“ kondisi ketundukan. penyerahan diri dan ketaatan seorang budak pada tuannya."
Penyembahan adalah aspek penyerahan diri yang paling tinggi kepada Zat yang
memiliki derajat kebaikan dan kemurahan hati yang tertinggi. Karena itu, Dia
berfirman dengan tegas, ”...Supaya jangan menyembah selain
Dia, …” (QS al-Isra’ [171:23).
Berdasarkan
ayat ini, ada beberapa
poin yang
harus diperhatikan:
1. Lafadz يَا أَيُّهَا النَّاسُ (”hai
manusia") -yang terdapat dalam al-Quran sebanyak dua puluh kali-memiliki
makin umum dan kolektif yang mencakup segenap umat manusia dari Suku, ras, dan
warna kulit manapun. Hal ini dengan jelas me nunjukkan bahwa
al-Quran tidak semata-mata mengenai kelompok orang tertentu saja, namun ia
menyeru setiap individu secara umum. Al-Quran menyeru setiap orang untuk
menerima tauhid dan menolak setiap bentuk kemusyrikan dan penyele wengan dari
jalan ketuhanan.
2. Untuk
menyinggung rasa syukur manusia dan memusatkan perhatian mereka pada
penyembahan kepada Allah, rasa syukur tersebut berasal dari karunia yang
terbesar, yaitu karunia penciptaan semua umat manusia. Penyebab
beberapa orang tidak tunduk kepada Allah dan tidak menyembah-Nya umumnya karena
mereka tidak merenungkan penciptaan mereka dan penciptaan orang-orang
sebelum mereka. Mereka tidak berpikir bahwa tidaklah benar menyandarkan
penciptaan yang agung ini kepada alam yang tuli dan bisu
3. Buah
dari penyembahan adalah ketakwaan dan kebenar' an; لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ ”agar
kalian menjaga diri kalian sendiri (dari kejahatan)…” Dengan
demikian, ibadah dan shalat kita tidak menambah apapun pada kemuliaan dan
keagungan Allah, sebagaimana halnya mengabaikan kedua hal ini juga sama
sekali tidak akan mengurangi keagungan dan kemuliaan-Nya.
(22) الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ الْأَرْضَ فِرَاشًا وَالسَّمَاءَ
بِنَاءً وَأَنْزَلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَخْرَجَ بِهِ مِنَ الثَّمَرَاتِ رِزْقًا
لَكُمْ فَلَا تَجْعَلُوا لِلَّهِ أَنْدَادًا وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ
Sadar Bahwasanya Langit dan Bumi Merupakan Karunia
Allah menerangkan bahwa Dia menciptakan
bumi sebagai hamparan dan langit sebagai atap, menurunkan air hujan,
menumbuhkan tumbuh-tumbuhan dan menjadikan tumbuh-tumbuhan itu berbuah.
Semuanya itu diciptakan Allah untuk manusia, agar manusia memperhatikan proses
penciptaan itu, merenungkan, mempelajari dan mengolahnya sehingga bermanfaat
bagi manusia dan kemanusiaan sesuai dengan ketentuan Allah. Karena Dia yang
memberikan nikmat-nikmat itu, maka manusia wajib menyembah-Nya saja. Allah
memberikan semua nikmat itu kepada manusia, agar mereka dapat melaksanakan
tugas-tugasnya. Tugas-lugas itu dapat dipahami dari firman Allah :
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا
لِيَعْبُدُونِ
Dan
aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah
kepada-Ku. (QS. Adz- Dzariyat: 56)
Kemudian di akhir ayat Allah
menegaskan فَلَا تَجْعَلُوا لِلَّهِ أَنْدَادًا وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ “karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal
kamu mengetahui”. Karena perintah beribadah hanya kepada Allah di atas
telah diketahui oleh manusia dan telah diketahui pula tentang
keesaan dan kekuasaan-Nya, maka Allah memberi peringatan : “Janganlah
manusia menjadikan sekutu-sekutu bagi Allah”. Artinya,
janganlah ada sesuatu apapun yang disembah di samping menyembah Allah seperti
berhala-berhala, dewa-dewa, dan sebagainya. Rsulullah saw menegaskan
bahwa menjadikan sekutu bagi Allah adalah dosa yang sangat besar :
حَدَّثَنِي عُثْمَانُ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا جَرِيرٌ عَنْ
مَنْصُورٍ عَنْ أَبِي وَائِلٍ عَنْ عَمْرِو بْنِ شُرَحْبِيلَ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ
قَالَ سَأَلْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيُّ الذَّنْبِ
أَعْظَمُ عِنْدَ اللَّهِ قَالَ أَنْ تَجْعَلَ لِلَّهِ نِدًّا وَهُوَ خَلَقَكَ
قُلْتُ إِنَّ ذَلِكَ لَعَظِيمٌ قُلْتُ ثُمَّ أَيُّ قَالَ وَأَنْ تَقْتُلَ وَلَدَكَ
تَخَافُ أَنْ يَطْعَمَ مَعَكَ قُلْتُ ثُمَّ أَيُّ قَالَ أَنْ تُزَانِيَ حَلِيلَةَ
جَارِكَ. (رواه البخاري : 4117–صحيح البخاري - المكتبة الشاملة- باب
قوله تعالى فَلَا تَجْعَلُوا لِلَّهِ أَنْدَادًا – الجزء : 13 –
صفحة : 394)
Telah
menceritakan kepadaku ['Utsman bin Abu Syaibah] Telah menceritakan kepada kami
[Jarir] dari [Manshur] dari [Abu Wail] dari ['Amru bin Syurahbil] dari
['Abdullah] dia berkata; Aku bertanya kepada Nabi saw ; Dosa apakah yang
paling besar di sisi Allah? Beliau menjawab;”Bila
kamu menyekutukan Allah, padahal Dialah yang menciptakanmu”.
Aku berkata; tentu itu sungguh besar.' Aku bertanya lagi; 'Kemudian apa? Beliau
menjawab; “Apabila kamu
membunuh anakmu karena takut membuat kelaparan.”
Aku bertanya lagi; 'kemudian apa? beliau menjawab; “berzina
dengan istri tetanggamu”. (HR.Bukhari
: 4117, Shahih Bukhari, Al-Maktabah Asy-Syamilah, bab QauluhuuTa’aalaa Falaa
Taj’aluu Lillaahi Andaadan, juz : 13, hal. 394)
(23) وَإِنْ كُنْتُمْ فِي
رَيْبٍ مِمَّا نَزَّلْنَا عَلَى عَبْدِنَا فَأْتُوا بِسُورَةٍ مِنْ مِثْلِهِ
وَادْعُوا شُهَدَاءَكُمْ مِنْ دُونِ اللَّهِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ
Sadar akan Kemukjizatan Al-Qur`an
Setelah Allah SWT menjabarkan keadaan orang munafik dan
orang kafir, serta melalui penciptaan langit dan bumi, menurunkan hujan dan
menumbuhkan tetumbuhan di atas tanah, guna membuktikan eksistensi Sang Pencipta
dan Sang Pemelihara alam raya, Dia mulai mengesahkan kebenaran Al-Quran dan
RasulNya
Untuk membuktikan kebenaran kenabiannya, maka setiap Nabi
harus menunjukkan mukjizat yang tidak dapat dilakukan oleh orang lain.
Mukjizat Rasulullah Saw adalah Al-Quran. Karena manusia tidak mampu menciptakan
sebuah kitab yang menyerupainya dari segi keindahan gaya bahasanya maupun
kehebatan isinya. Berkali-kali Allah Swt mengajak para penentang Islam
dan menantang mereka dengan mengatakan bahwa jika kalian tidak mau menerima
bahwa Kitab ini datang dari sisi Allah Swt dan menganggapnya sebagai ciptaan
manusia, maka buatlah sebuah kitab yang menyerupainya. Tapi ketahuilah
bahwa kalian tak akan pernah mampu melakukannya. Karena Al-Qur`an adalah mukjizat
terbesar yamg diberikan oleh Allah kepada Rasulullah Saw. Dan Al-Quran memiliki beberapa keistimewaan:
1. Kekekalan Al-Quran.
Mukjizat-mukjizat selain al-Quran terjadi dan berlaku pada zaman tertentu dan
hanya masyarakat zaman itu saja yang melihat dan atau mendengarnya. Sedangkan
al-Quran tidak terbatas hanya untuk masa Rasul Allah Ssaw. Ia berlaku sepanjang
sejarah sebagai mukjizat. Berlalunya zaman bukan hanya tidak menggoyahkan
al-Quran bahkan berbagai pengetahuan dan permasalahan yang
terkandung di dalamnya semakin terbuka dan terbukti
kebenarannya.
2. Universalitas
Al-Quran. Sebagaimana al-Quran tidak terbatas pada zaman tertentu, ia juga tidak
terbatas pada tempat tertentu pula. Sasaran al-Quran tidak terbatas pada zaman
tertentu, ia juga tidak terbatas pada tempat tertentu pula. Sasaran al-Quran bukan
hanya orang-orang Arab di tanah Hijaz, tetapi seluruh bangsa dari setiap kaum
dan etnis di dunia ini diseru oleh al-Quran. Oleh karena itu, aAl-Quran sama
sekali tak pernah menyeru orang-orang Arab saja: Yaa ayyuhal Arab, umpamanya. Yang
ada di dalam al-Quran justru seruan-seruan umum kepada seluruh manusia,
seperti Yaa ayyuhan naas, dan sebagainya.
3. Non Materi. Biasanya
nabi-nabi lain memiliki mukjizat yang bersifat materi dan jasmani yang membuat
kagum mata dan telinga setiap orang. Sedangkan al-Quran adalah ucapan dan
kalimat-kalimat yang terdiri dari huruf-huruf alfabetbiasa. Tetapi ia mampu merasuk
ke lubuk hati dan jiwa manusia membuat akal semua orang mengakui akan keagungannya
dan penguasaannya akan hati manusia.
(24) فَإِنْ لَمْ تَفْعَلُوا
وَلَنْ تَفْعَلُوا فَاتَّقُوا النَّارَ الَّتِي وَقُودُهَا النَّاسُ
وَالْحِجَارَةُ أُعِدَّتْ لِلْكَافِرِينَ
Al-Qur`an Mukjizat Abadi Yang Tidak Bisa Diubah Oleh Siapapun
Setelah ayat sebelumnya menantang
orang-orang kafir agar mendatangkan sebuah surat
yang menyamainya, ayat ini menegaskan bahwa kalian, orang-orang kafir, tak akan
mampu melakukannya. Kalian yang hidup pada zaman Rasulullah
Saw dan mengenali dengan baik bahasa dan
kalimat-kalimat al-Quran tak akan mampu, tidak juga
siapa pun manusia-manusia di masa mendatang, akan mampu melakukannya. Karena Kalamullah,
sama dengan Allah itu sendiri tak mungkin dibandingkan dengan
manusia dan ucapan manusia.
Kemudian al-Quran mengancam
musuh-musuh dengan api jahanam dan menyebutkan,
bahan bakar jahanam adalah tubuh para pembuat dosa dan pengingkar.
Yang dimaksud dengan batu-batu di dalam ayat ini ialah semacam batu bara
yang menyalakan api neraka, atau batu-batu yang dipakai untuk membuat patung-patung
batu yang disembah oleh musuh-musuh nabi Muhammad Saw.Sebagai bukti
kesesatan mereka, Allah akan menghadirkan patung-patung tersebut sebagai bukti
bagi kesesatan mereka, sehingga para penyembah berhala itu tak mampu mengingkari
kesesatan diri mereka. Sebagaimana di dalam ayat 98 surat al-Anbiya
إِنَّكُمْ وَمَا تَعْبُدُونَ
مِنْ دُونِ اللَّهِ حَصَبُ جَهَنَّمَ أَنْتُمْ لَهَا وَارِدُونَ
artinya, "Kalian dan sembahan kalian
akan menjadi bahan bakar neraka".
1.
Hati yang sudah keras membatu dan tak mungkin ditembus oleh ajaran-ajaran kebenaran, di akhirat
kelak akan dikumpulkan dengan bebatuan pula.
2.
Kemukjizatan al-Quran tidak terbatas hanya pada masa nabi Muhammad Sawsaja. Ia
adalah mukjizat di segala zaman. Oleh sebab itu al-Quran mengatakan,
"Lan taf'alu", yang artinya: "kalian
tak akan pernah mampu menciptakan sesuatu yang sama dengan al-Quran".
3.
Api neraka sedemikian keras dan hebat membakar sehingga bebatuan bagaikan kayu kering menyala
mengobarkan api.
(25) وَبَشِّرِ الَّذِينَ
آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ أَنَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا
الْأَنْهَارُ كُلَّمَا رُزِقُوا مِنْهَا مِنْ ثَمَرَةٍ رِزْقًا قَالُوا هَذَا
الَّذِي رُزِقْنَا مِنْ قَبْلُ وَأُتُوا بِهِ مُتَشَابِهًا وَلَهُمْ فِيهَا
أَزْوَاجٌ مُطَهَّرَةٌ وَهُمْ فِيهَا خَالِدُونَ
Kenikmatan di Surga Bersifat Haqiqi
Jika ayat sebelumnya menceritakan orang-orang kafir yang
diancam siksaan api neraka, maka dalam ayat ini menjelaskan nasib
orang-orang yang beriman sehingga dengan memperbandingkan
nasib dua kelompok tersebut hakikatnya akan lebih jelas. Pada dasarnya iman
tanpa dibarengi dengan amal saleh tidak akan berguna. Iman maupun amal apabila
berdiri sendiri tidak akan menjamin kebahagiaan manusia. Iman ibarat
akar pohon, dan amal saleh adalah buahnya. Buah yang manis adalah bukti dan
kesuburan pohon, dan akar pohon yang kuat menyebabkan terawatnya buah yang
baik.
Orang-orang yang tidak beriman kadang-kadang melakukan
amal baik, akan tetapi karena iman tidak tertanam dan tidak berakar pada
jiwanya maka amal baik tersebut tidak akan pernah abadi. Tempat orang-orang beriman di
hari kiamat adalah surga yang kebun-kebunnya selalu hijau penuh dengan buah dan
air yang mengalir di bawah pohon-pohonnya. Meskipun buah-buahan surga
bentuknya mirip dengan buah-buahan dunia, namun dari rasa dan baunya
sungguh jauh berbeda.
Meskipun dalam al-Quran banyak ayat yang menceritakan
tentang nikmat-nikmat surga dalam bentuk materi, seperti kebun, istana dan
istri, namun di balik itu banyak ayat lain juga mengisyaratkan tentang nikmat-nikmat
surga dalam bentuk maknawi. Seperti dalam surah at-Taubah ayat 72, setelah
menyebutkan nikmat-nikmat surga secara materi, juga mengatakan,
وَرِضْوَانٌ مِنَ اللَّهِ أَكْبَرُ ذَلِكَ هُوَ الْفَوْزُ
الْعَظِيمُ
"... Dan keridhaan Allah jauh lebih
besar".Artinya, keridhaan Allah jauh lebih
besar dari lainnya.
Dari ayat ini terdapat
beberapa poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Untuk menciptakan pendidikan yang benar, di
samping ancaman juga harus diiringi dorongan.
Selain berisi ancaman neraka bagi orang-orang kafir, ayat ini juga berisi
kabar gembira bagi orang-orang yang beriman.
2. Bukti adanya iman berada pada amal saleh. Oleh karena
itu al-Quran selalu menggandengkan dua hal
tersebut dan berkata, "Orang-orang yang beriman dan melakukan amal
saleh".
3. Dalam bahasa al-Quran, amal saleh adalah amal yang
dilakukan dengan ikhlas hanya untuk Allah. Oleh
karena itu, amal saleh dijelaskan setelah iman kepada Allah.
4. Semua nikmat dunia bisa hilang dan berakhir. Adapun
nikmat akhirat bersifat abadi dan selamanya.
(26)
إِنَّ اللَّهَ لَا يَسْتَحْيِي أَنْ يَضْرِبَ مَثَلًا
مَا بَعُوضَةً فَمَا فَوْقَهَا فَأَمَّا الَّذِينَ آمَنُوا فَيَعْلَمُونَ أَنَّهُ الْحَقُّ
مِنْ رَبِّهِمْ وَأَمَّا الَّذِينَ كَفَرُوا فَيَقُولُونَ مَاذَا أَرَادَ اللَّهُ
بِهَذَا مَثَلًا يُضِلُّ بِهِ كَثِيرًا وَيَهْدِي بِهِ كَثِيرًا وَمَا يُضِلُّ
بِهِ إِلَّا الْفَاسِقِينَ
Sifat Orang Beriman; Meyakini dan MembenarkanWahyu Allah
Di dalam kitab Al-Bahrul Muhith
dijelaskan bahwa ayat ini adalah
perumpamaan yang dibuat oleh Allah untuk menggambarkan dunia. Sesungguhnya
nyamuk itu akan tetap hidup selama ia lapar, tetapi jika sudah kekenyangan ia
akan mati. Demikian pula jika seseorang telah
kekenyangan di dunia, maka hatinya akan mati, sehingga sukar untuk menerima
nasehat dan tuntunan menuju akhirat,
Kata “maa” untuk sini menunjukkan sesuatu yang
kecil atau sedikit. Sedang kata “ba’uudlatan” dalam ayat itu berkedudukan
sebagai badal (pengganti). Sebagaimana jika anda mengatakan: la adlribanna
dlarban maa (aku akan memberikan perumpamaan apa pun), yang berarti sekecil
apa saja. Atau “maa” berkedudukan sebagai nakirah yang disifati dengan kata ba’udhah
(nyamuk).
Di dalam ayat ini disebutkan bahwa sifat orang
beriman adalah
sentiasa membenarkan apa
yang disampaikan oleh Nabi saw, lebih-lebih lagi berupa wahyu Allah swt yakni
al-Quran. Orang-orang beriman senantiasa yakin dan percaya bahawa Allah swt itu
pencipta semua makhluk, sama ada yang kecil maupun yang besar. Pastinya setiap
perumpamaan yang dibuat Allah swt pasti mempunyai hikmah dan tujuan bagi
meningkatkan lagi keimanan dan kepercayaan mengenai sifat kebesaran dan
keagungan Allah swt.
(27) الَّذِينَ يَنْقُضُونَ
عَهْدَ اللَّهِ مِنْ بَعْدِ مِيثَاقِهِ وَيَقْطَعُونَ مَا أَمَرَ اللَّهُ بِهِ
أَنْ يُوصَلَ وَيُفْسِدُونَ فِي الْأَرْضِ أُولَئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ
Orang-orang yang Benar-benar Merugi
Setelah Allah swt menerangkan kepada kita pengertian iman
yang hakiki, kemudian ia menjelaskan kepada kita bahwasanya orang fasiq ialah
orang-orang yang jauh dari jalan-Nya, maka pada ayat ini Allah swt menerangkan
kepada kita sifat-sifat orang fasiq.
Sifat-sifat
mereka dalam ayat ini
ayat tiga, yakni:
Pertama : “(yaitu) orang-orang yang melanggar perjanjian Allah sesudah perjanjian itu teguh”.
Kedua : “ memutuskan apa yang diperintahkan Allah (kepada mereka) untuk menghubungkannya”.
Ketiga : “membuat kerusakan di muka bumi”.
Pertama : “(yaitu) orang-orang yang melanggar perjanjian Allah sesudah perjanjian itu teguh”.
Kedua : “ memutuskan apa yang diperintahkan Allah (kepada mereka) untuk menghubungkannya”.
Ketiga : “membuat kerusakan di muka bumi”.
Dengan sifat-sifat fasiq ini menjadikan mereka sebagai
orang-orang yang rugi dalam kehidupan mereka dan akhirnya di akhirat mereka
akan di azab dengan siksaan pedih di neraka. Ini membawa maksud kehidupan
mereka secara hakikatnya tidak membuahkan hasil yang menguntungkan walaupun
secara zahirnya mereka adalah manusia yang bersusah-payah dan berusaha untuk
mendapat kejayaan dalam hidup mereka. Usaha dan kerja keras mereka tidak
mendatang manfaat buat mereka di dunia dan akhirat.
Ibnu jarir berkata terkait firman Allah (أُولَٰئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ) Khaasiruun
bentuk jamak dari khasirun yaitu mereka yang mengurangi keberuntungan
mereka dari rahmat Allah, karena perbuatan maksiat mereka kepada Allah.
Seumpama seorang pedagang yang rugi dalam perniagaannya. Maka orang munafik dan orang kafir akan memperoleh kerugian dengan diharamkannya rahmat Allah Swt atas mereka di hari kiamat, padahal saat itu mereka benar-benar membutuhkan rahmat Allah Swt.
Seumpama seorang pedagang yang rugi dalam perniagaannya. Maka orang munafik dan orang kafir akan memperoleh kerugian dengan diharamkannya rahmat Allah Swt atas mereka di hari kiamat, padahal saat itu mereka benar-benar membutuhkan rahmat Allah Swt.
(28) كَيْفَ تَكْفُرُونَ
بِاللَّهِ وَكُنْتُمْ أَمْوَاتًا فَأَحْيَاكُمْ ثُمَّ يُمِيتُكُمْ ثُمَّ
يُحْيِيكُمْ ثُمَّ إِلَيْهِ تُرْجَعُونَ
Misteri Karunia Kehidupan
Pada awal ayat ini terdapat sebuah pertanyaan yang
mengandung makna keheranan dan celaan serta pengingkaran dari Allah, yaitu
bagaimana bisa terjadi kekufuran kepada Allah yang telah menciptakan kita dari
tidak ada, lalu Dia memberikan nikmat dengan berbagai macam nikmat, kemudian
Dia mematikan kita ketika ajal telah tiba, lalu Dia memberikan
balasan dalam kubur atas amal kita sewaktu hidup, kemudian Dia membangkitkan
kembali di hari ba’ats (hari kebangkitan) dan berdiri di padang
mahsyar, kemudian kita akan kembali kepada-Nya dengan mendapatkan balasan yang
setimpal di akhirat.
Dalam ayat ini Allah memberikan informasi bahwa
sesungguhnya ada kematian yang pertama, yaitu sewaktu kita masih belum ada atau
sebelum kita diciptakan, dan ada pula kehidupan yang pertama, yaitu setelah
kita ada atau setelah kita diciptakan. Kemudian
berikutnya, Allah
memberikan informasi lanjutan, bahwa sesungguhnya ada kematian yang
kedua, dan ada pula kehidupan yang kedua. Kematian
yang kedua yaitu nyawa kita dicabut, dipisahkan dari
badan kita. Badan dikembalikan kepada asalnya. Datang dari tanah dipulangkan ke
tanah. Kemudian dihidupkan kembali untuk yang kedua
pula, Sebab nyawa (roh) yang berpisah dari badan tadi tidaklah
kembali ke tanah, tetapi pulang ke tempat yang hanya diketahui oleh Allah buat
menungggu datangnya hari kiamat. Itulah hidup yang kedua kali; yaitu
hidup yang lebih tinggi dan lebih mulia.
Setelah kita dihidupkan
kembali, kita dipanggil kembali kehadirat Allah untuk
diperhitungkan, dicocokkan catatan malaikat dengan perbuatan kita semasa hidup
kita, lalu diputuskan ke tempat mana kita akan dimasukkan, kepada golongan
orang-orang yang berbahagia dalam surga atau kepada golongan orang-orang yang
celaka dalam neraka. Semua orang yang beramal, berbuat atau bekerja di
dunia ini akan mendapatkan balasan dari Allah nanti di hari kiamat sesuai
dengan amalnya. Dan keadilan akan berlaku serta kezaliman tidak akan
ada. Sedang kasih sayang IIahi telah kita rasakan sejak dari alam
fana ini. Kalau kita mendapat celaka, tidak lain hanyalah karena kesalahan kita
sendiri. Begitulah Allah telah membuat rangkaian hidup yang kita tempuh, maka bagaimana
kita bisa kufur terhadap-Nya.
هُوَ الَّذِي خَلَقَ لَكُمْ مَا
فِي الْأَرْضِ جَمِيعًا ثُمَّ اسْتَوَى إِلَى السَّمَاءِ فَسَوَّاهُنَّ سَبْعَ
سَمَاوَاتٍ وَهُوَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ (29)
Bukti Kekuasaan Allah; Penciptaan Langit dan Bumi
Setelah Allah subhanahu
wa ta’ala menyebutkan bukti keberadaan dan kekuasaan-Nya kepada makhluk-Nya
melalui apa yang mereka saksikan sendiri pada diri mereka, lalu Dia menyebutkan
bukti lain melalui apa yang mereka saksikan, yaitu penciptaan langit dan bumi.
Makna (الاستواء) disini
mengandung pengertian berkehendak dan bertujuan, karena ia di-muta’addi-kan
(dibuat menjadi kalimat yang membutuhkan objek) dengan memakai huruf ila (إِلَى) (فَسَوَّاهُنَّ) lalu Dia
menciptakan langit tujuh lapis. Lafaz (السَمَاءُ) dalam ayat
ini merupakan isim jinis, karena itu Allah berfirman (فَسَوَّاهُنَّ سَبْعَ سموات وَهُوَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ) yakni
ilmu-Nya meliputi segala sesuatu yang Ia ciptakan.
Allah menciptakan langit dan bumi
diperuntukkan bagi manusia maupun makhluk Allah yang lain. Semua yang ada di
langit dan di bumi
adalah sebagai tanda bahwa kekuasaan Allah tidak terbatas.
Lucky Club - Login, Phone number, Address - Lucky Club
BalasHapusLucky Club, located in Las Vegas, offers a variety of banking methods that make it an luckyclub.live ideal platform to bet on sports. It is an innovative Rating: 5 · 2 votes