Makalah Asbabun Nuzul Surah Al-Qiyamah Ayat: 16-19
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Asbabun
Nuzul
Dosen Pengampu: Hidayatullah,
MA
Disusun oleh: Muhammad Fadhlan Syaifudin
NIM: 151410507
Fakultas Ushuluddin
Institut PTIQ Jakarta
2017
PEMBAHASAN
A. Ayat dan
Terjemah
لَا تُحَرِّكْ بِهِ لِسَانَكَ
لِتَعْجَلَ بِهِ (16) إِنَّ عَلَيْنَا جَمْعَهُ وَقُرْآنَهُ
(17)
فَإِذَا
قَرَأْنَاهُ فَاتَّبِعْ قُرْآنَهُ
(18) ثُمَّ إِنَّ عَلَيْنَا
بَيَانَهُ (19)
(16) Janganlah kamu gerakkan lidahmu untuk (membaca)
Al Qur'an karena hendak cepat-cepat
(menguasai) nya.
(17) Sesungguhnya
atas tanggungan Kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya.
(18) Apabila Kami telah selesai
membacakannya maka ikutilah bacaannya itu.
(19) Kemudian, sesungguhnya atas
tanggungan Kamilah penjelasannya.
B.
Asbabun Nuzul
عن ابن عباس , قال: كان رسول اله صلى
اله عليه وسلم إذا نزل عليه الوحي يحرك به
لسانه يريد أن يحفظه, فأنزل اله الآيات (أخرجه البخاري)
وعن ابن عباس: أن رسول اله صلى اله عليه وسلم كان يعلج من التنزيل شدة فكان يحرك به
لسانه وشفتيه مخافة أن يتفلت
منه يريد أن يحفظه فأنزل الله تعالى: (لَا تُحَرِّكْ بِهِ لِسَانَكَ لِتَعْجَلَ
بِهِ .. إِنَّ عَلَيْنَا جَمْعَهُ وَقُرْآنَهُ ) يقول إن علينا أن نجمع في صدرك ثم
تقرأه ( فَإِذَا قَرَأْنَاهُ ) يقول: فإذا أنزلناه عليك ( فَاتَّبِعْ قُرْآنَهُ )
يقول فاستمع له وأنصت ( ثُمَّ إِنَّ عَلَيْنَا بَيَانَهُ ) يقول: أن نبينه بلسانك
فتقرأه, فكان رسول الله بعد ذلك إذا أتاه آتاه جبريل أطرق واستمع، فإذا ذهب جبريل
قرأه كما أقرأه الله تعالى[1]
(أخرجه البخاري والمسلم)
Dari Ibnu Abbas RA Ia
berkata; ketika wahyu turun kepada Rasulullah SAW, beliau menggerakkan lidahnya karena ingin cepat menghafalnya. Maka
kemudian Allah SWT menurunkan ayat ini. (HR. Bukhori).
Dan dari Ibnu Abbas RA bahwasanya Rasulullah SAW mengalami
turunnya wahyu kepada beliau ini berat, karena itulah sebabnya Rasulullah
sering menggerak-gerakkan lidah dan kedua bibir beliau untuk mengikuti
pembacaan wahyu itu. Karena beliau juga ingin cepat menghafalnya. Maka kemudian
Allah SWT menurunkan ayat لَا
تُحَرِّكْ بِهِ لِسَانَكَ لِتَعْجَلَ بِهِ إِنَّ عَلَيْنَا جَمْعَهُ وَقُرْآنَهُ Ibnu Abbas RA berkata: maksudnya adalah sesungguhnya atas
tanggungan Kami (Allah) -lah mengumpulkannya di dalam dadamu (Nabi Muhaamad) dan
mengungkapkannya. Kemudian Firman-Nya فَإِذَا
قَرَأْنَاهُ فَاتَّبِعْ قُرْآنَه, Ibnu Abbas
menjelaskan; maksudnya adalah ketika Kami (Allah) menurunkan wahyu-Nya kepadamu
(Nabi Muhammad), maka ikutilah bacaan itu, yaitu dengarkan dan simak. Kemudian
firman-Nya: ثُمَّ إِنَّ عَلَيْنَا بَيَانَه , Ibnu Abbas menjelaskan bahwa
Allah-lah yang akan memberikan kemampuan kepada Nabi SAW membacanya. Maka
Rasulullah SAW setelah turun ayat ini apabila Jibril datang, beliau
mendengarkannya dan menyimaknya. Dan apabila Jibril pergi maka Nabipun membacanya
sebagaimana yang telah dibacakan Jibril kepada beliau. (HR. Bukhori dan Muslim)
C. Tafsir Surat Al-Qiyamah Ayat 16-19[2]
Jadi diantara cara wahyu turun kepada
Rasulullah SAW yaitu dengan didiktekan oleh Malaikat Jibril AS. Ketika
wahyu itu turun kepada Rasulullah dalam bentuk didiktekan oleh Jibril, Rasulullah
suka tergesa-gesa karena khawatir tidak bisa menghafalnya secepat yang
dibacakan oleh Jibril. Maka ketika Jibril belum selesai membacakan wahyunya,
Rasulullah sudah menghafal kalimat-kalimat pertama, yaitu dengan
menggerak-gerakkan kedua bibir beliau. Ini menunjukkan betapa wahyu itu berat
turun kepada Rasulullah.
Ibnu Katsir mengatakan:
هذا تعليم من الله لرسوله في كيفية تلقيه الوحي من الملك
فإنه كان يبادئ للأخذ ويسابق الملك في قراءته[3]
Ini adalah pengajaran Allah SWT kepada
Rasul-Nya tentang tata cara mengambil wahyu
dari malaikat Jibril AS. Dimana Nabi SAW tadinya tergesa-gesa, mendahului malaikat Jibril dengan membacanya karena takut
lupa. Lalu Allah-pun memerintahkan agar
Rasulullah SAW mendengarkan dulu, dan Allah yang akan menjamin untuk Rasul tidak akan lupa selamanya.
Karena adalah
sudah tugas Allah untuk menjadikan Nabi SAW hafal dan hafalannya tidak
hilang, sebab tugas Nabi SAW adalah menyampaikan wahyu. Dan Allah
tugaskan malaikat Jibril AS untuk menyampaikan wahyu kepada beliau, kemudian
Allah yang akan mengokohkan hafalan itu di dalam dada Nabi SAW. Dan
sudah kewajiban kita untuk meyakini bahwa Rasulullah SAW tidak mungkin salah
dalam menyampaikan risalah. Karena beliau SAW adalah ma`shum (terlindung
dari kesalahan) dalam menyampaikan risalah.
Setelah Allah SWT
jadikan Nabi SAW hafal, Allah menjamin akan menjelaskan ma`na-ma`na
ayat-ayat tersebut dan menjadikan Nabi
SAW paham akan ma`na-ma`na ayat-ayat tersebut. Dan tentunya
Rasulullah SAW adalah orang yang paling tahu dan paling paham akan
Al-Qur`anul karim.
Dalam ayat ini (ayat
ke-18) terdapat adab menimba ilmu, yaitu seorang pelajar hendaknya tidak segera
bertanya kepada guru sebelum guru selesai menerangkan. Demikian pula ketika di
awal ucapannya ada yang perlu dibetulkan atau dianggap kurang sesuai, ia pun
seharusnya tidak segera membetulkan atau memotong ucapan gurunya sampai ucapan
gurunya selesai terlebih dahulu.
Daftar Pustaka
Abdul Ghoniy Al Qodhi, Abdul Fattaah. 2012. Asbab an-Nuzul an
as-Shohabah wa al- Mufassirin. Iskandaria:
Dar as-Salam
Departemen Agama RI. 2010. Al-Qur’an dan Tafsirnya (Edisi
yang disempurnakan). Jilid X. Jakarta:
Penerbit Lentera Abadi
Ibnu Katsir, Ismail Ibnu Umar. 2014. Terjemah Tafsir Ibnu Katsir
Syaikh Muqbil bin Hadi al-Wadi`i. 2007. Shahih Asbabun Nuzul. Jakarta Timur: Pustaka As- Sunnah
[2]
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya (Edisi
yang disempurnakan), Jilid X, (Jakarta: Penerbit Lentera Abadi,
2010).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar